Rabu, 07 Mei 2014

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA PERMASALAHAN PENDIDIKAN


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam system pendidikan sendiri. Sedangkan masalah pembangunan makro, yaitu masalah di luar system pendidikan, sehingga juga harus diperhitungkan di dalam memecahkan masalah mikro pendidikan.
Masalah-masalah makro yang merupak factor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan yaitu:
A.    Perkembangan Iptek dan Seni.
1.      Perkembang Iptek.
Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara system dan terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
2.      Perkembangan Seni.
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang menghasilakn sesuatu yang indah.
B.     Laju Pertumbuhan Penduduk.
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
1.      Pertambahan penduduk.
2. Penyebaran penduduk.
C.    Aspirasi Masyarakat.
Aspirasi terhadap pendidikan tidaklah perlu untuk diredam, justru sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan di tingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak roda kemajauan.
D.    Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan.

Keterbelakangan budaya terjadi karena:
·         Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (missal terpencil).
·         Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.
·          Ketidak mampuan masyarakat secara ekonomis untuk menyangkut unsur kebudayaan tersebut.

Sehubungan dengan factor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya
umumnya dialami oleh:
·         Masyarakat daerah terpencil.
·         Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.
·         Masyarakat yang kurang terdidik.
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terbelakang kebudayaannya tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju. Jadi intinya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana system pendidikan dapat
melibatkan mereka.

E.     Permasalahan Pendidikan Aktual dan Penaggulangannya.
1. Permasalahan Aktual Pendidikan Di Indonesia.
Permasalahan actual berupa kesenjangan-kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi. Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi, masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peran guru, pendidikan 9 tahun dan pendayagunaan teknologi pendidikan. masalah aktual juga ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksaannya.
a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran.
Keberhasilan pendidikan dinilai dari kemampuan kognitif atau penguasaan pengetahuan.
Hambatan-hambatan yang harus dihadapi:
1) Beban kurikulum sudah terlalu sarat.
2) Pendidikan afektif sulit diprogamkan secara eksplisit, karena dianggap menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru.
3) Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.
4) Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.
b. Masalah Kurikulum.
Konsep kurikulum 1984 juga memiliki kelbihan karena adanya keluwesan-keluwesan antara lain:
1) Disediakannya aneka progam belajar, untuk melanjutkan keperguruan tinggi dan untuk memasuki lapangan kerja.
2) Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan nasional, memuat pengetahuan minimal dan progam khusus A dan B dapat dipilih sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.
3) Adanya progam pusat dan progam daerah (muatan lokal).
Dengan disediakannya aneka progam belajar berarti sekolah menengah berfungsi ganda, sebagai sekolah umum sekaligus juga sebagai sekolah kejuruan. Kondisi demikian menimbulkan masalah personil khususnya tenaga pengajar, pengorganisasian, fasilitas, administrasi dan biaya.
Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa sengaja kurikulum 1984 menggiring peserta didik untuk beramai-ramai (karena desakan keadaan) memasuki perguruan tinggi, tanpa melihat secara potensial mampu atau tidak mampu. Satu segi modern dari kurikulum 1984 ialah adanya progam daerah (disamping progam pusat) yang dikenal sebagai muatan lokal. Progam ini mengantisipasi hari depan pendidikan yang mengarah kepada desentralisasi.
Kerumitan-kerumitan itu meliputi:
·         Pemilihan materi muatan local yang tepat.
·         Penyusunan progam (disajikan secara monolitik atau secara integratif), juga menentukan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan, dari dalam dan dari luar lingkungan sekolah.
·         Koordinasi pelaksanaan.
·         Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.
Hambatan yang besar ialah pemecahan terhadap konsep tersebut bahwa
memasyarakat di kalangan para pelaksana pendidikan di lapangan.
c. Masalah Peranan Guru.
Multi peran guru: Melakukan kontak dan pendekatan manusiawi lebih intensif
dengan murid-muridnya. Masalah yang timbul ialah bagaimana guru dapat melakukan multiperan seperti itu jika pada kebanyakan sekolah mereka adalah pejuang tunggal. Kalaupun guru didampingi oleh petugas yang lain seperti konselor dll. Mereka belum siap untuk melakukan multi peran tersebut.
d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun.
UU RI No.2 Tahun 1989 pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya tamat pendidikan dasar, pasal 13 menyatakan tujuan Pendidikan Dasar. Kemudian PP No.28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar pasal 2 menyatakan bahwa
pendidikan dasar merupakan 9 tahun. Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan pembangunan antara
lain:
·         Untuk memasuki PJPT II diperlukan Sumber Daya Manusia yang lebih berkualitas.
·         Pendidikan dasar akan memperkuat fungsinya sebagai akar tunjang yang menopang kualitas proses pendidikan pada jenjang-jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yang selama ini posisinya sangat lemah.
·         Persyarata kerja yang dituntut dunia kerja semakin meningkat sehingga dengan basis pendidikan dasar 9 tahun tentunya lebih baik dari pada hanya 6 tahun.
Hambatan-hambatan mengenai penyelenggaraan sekolah antara lain:
1) Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No.28 Tahun 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP No.65 Tahun 1951 yang mengatur Sekolah Dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut. (HAR Tilaar, 1992:21).
2) Kurikulum belum siap.
3) Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan melalui bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran dll.
Hambatan lain berasal dari masyarakat, utamnya dari orang tua/kalangan yang kurang mampu.
2. Upaya Penanggulangan.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menggulangi masalahmasalah aktual sebagai berikut:
a. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogam tidak cukup berlangsung hanya secara incidental.
b. Pelaksanaan ko dan ekstra kurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir atau pelulusan.
c. Pemilahan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke Perguruan Tinggi dengan yang akan terjun ke masyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di Perguruan Tinggi.
d. Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberikan perhatian khusu.
Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi dikaitkan gerakan wajib belajar, perlu diadakan penelitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan factor penunjang dan utamanya factor penghabatnya.

F.     Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

1 komentar:

  1. Casinos Near Casinos Near Casinos Near Casinos in New Jersey
    A map showing 여수 출장안마 casinos and other gaming facilities located near casinos in 천안 출장마사지 New Jersey, located in New Jersey at and "Casinos Near 목포 출장안마 Me" to name a few 문경 출장샵 of the 광양 출장안마

    BalasHapus