LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang
yaitu:
-
Pendidikan berwujud sebagai suatu sistem
=> Pendidikan dipandang sebagai
keseluruhan gagasan terpadu yang mengatur usaha-usaha sadar untuk membina
seseorang mencapai harkat kemanusiaannya secara utuh.
-
Pendidikan berwujud sebagai suatu proses
=> Pendidikan dipandang sebagai
pelaksana usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai
harkat kemanusiaannya secara utuh.
-
Pendidikan berwujud sebagai hasil
=> Pendidikan dipandang sebagai
sesuatu yang telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah proses pendidikan
berlangsung.
A. LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan adalah sesuatu yang
universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi dimana
pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusiamelalui pendidikan itu
diselenggarakan sesuaidengan pandangan hidup dan dalam latar social-kebudayaan
setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu, meskipun pendidikan itu universal,
namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan
latar latar sosiokultural.
1. Landasan filosofis
Landasan
filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat ( falsafat,
falsafah ). Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya
pada umumnya bersumber dari dua factor, yaitu:
a. Religi dan etika yang bertumpu pada
keyakinan
b. Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran
Tinjauan filosofis tentang sesuatu,
termasuk pendidikan, berarti berfikir bebas serta merentang fikiran sampai
sejauh-jauhnya tentang suatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua
pendekatan, yakni:
a. Filsafat merupakan lanjutan dari
berfikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermamfaat
dalam member makna kepada ilmu pengetahuan itu.
b. Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup
logika, epistemology,etika,estetika, metafisika, serta social dan politik.
Peranan filsafat dalam pendidikan
tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
a. Keberadaan dan kedudukan manusia
sebagai mahluk di dunia ini.
b. Masyarakat dan kebudayaannya.
c. Keterbatasan manusia sebagai mahluk
hidup yang banyak menghadapi tantangan
d. Perlunya landasan pemikiran dalam
pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidian ( Wayan Ardhana, 1986:1-9)
Empat mahzab pendidikan yang besar
pengaruhnya dalam penyelenggaraan pendidikan ( Reja Mudyahardjo 1992:144-150 )
a. Esensialisme
b. Perenualisme
c. Pramatisme dan proresivisme
d. rekonstruksionisme
Landasan filosofis sebagai salah satu fondasi dalam
pelaksanaan pendidikan berhubungan dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan
pandangan seseorang tentang “sesuatu” yang berkaitan dengan arti kehidupan (pandangan
hidup). Bagi bangsa Indonesia, pandangan hidupnya adalah Pancasila. Pancasila
sebagai landasan filosofis pendidikan mempunyai makna:
- Dalam merumuskan pendidikan harus
dijiwai dan didasarkan pada Pancasila.
- Sistem
pendidikan nasional haruslah berlandaskan Pancasila.
- Hakikat
manusia haruslah diwujudkan melalui pendidikan, sehingga tercipta manusia
Indonesia yang dicita-citakan Pancasila.
2.
Landasan
sosiologis
Manusia selalu hidup berkelompok,
sesuatu yang juga terdapat pada mahluk lainnya. Meskipun demikian,
pengelompokan itu jauh lebih rumit.
Sosiologi pendiidikan merupakan
analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam
sistem pendidikan. Ruang lingkup yang di pelajari oleh sosiologi pendidikan
meliputi:
a.
Hubungan sistem pendidikan dengan
aspek masyarakat
b.
Hubungan manusia di sekolah
c.
Pengaruh sekolah pada prilaku
anggotanya
d.
Sekolah dan komunitas, yang
mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain dalam
komunitas
Pendidikan tidak berlangsung dalam
keadaan vakum sosial. Dari generasi ke generasi selalu mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
a. perubahan teknologi
Dampaknya: - Individu memiliki keterampilan baru.
- Sekolah dituntut agar lulusannya dapat
menyesuaikan perkembangan jaman.
- Sekolah mulai menggunakan media
pembelajaran yang lebih canggih.
b. perubahan demografi (pertambahan jumlah
penduduk)
Dampaknya:
- Pengembangan kebijaksanaan pendidikan.
- Pembatasan
secara ketat penerimaan siswa baru.
- Tidak seimbangnya
pertambahan penduduk dengan fasilitas pendidikan.
c. urbanisasi dan sub-urbanisasi
Dampaknya:
- Sekolah
bertanggungjawab atas penyesuaian diri terhadap penduduk kota.
- Sekolah
berperan dan membantu mekanisme kontrol sosial di masyarakat.
- Sekolah
mempersiapkan lulusannya untuk dapat hidup di kota.
d. perubahan politik masyarakat, bangsa dan
negara
Dampaknya:
-
Meningkatnya keterlibatan pemerintahan di dalam kegiatan anggota masyarakat.
-
Berkembangnya saling ketergantungan antar pemerintahan negara.
3. Landasan
kultural
Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai proses budaya manusia.
Kegiatannya dapat berwujud sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan, dan
dikehendaki manusia. Pada hakikatnya manusia sebagai mahkluk budaya dapat
menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Salah satu cara untuk memelihara
kebudayaan adalah melalui pengajaran. Jadi pendidikan dapat berfungsi sebagai
penyampai, pelestari, dan pengembang kebudayaan.
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil
budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar.
Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat terwujud:
a. ideal seperti ide, gagasan, dan
nilai
b. kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat
c. fisik yaknibenda hasil karya manusia
( Koentjaraningrat, 1975: 15-22 )
3. Landasan psikologis
Psikologi
sebagai ilmu bantu yang mendasari pelaksanaan pendidikan berorientasi pada tiga
hal yaitu:
- hakikat siswa
- proses belajar
- peranan guru
Karena guru merupakan sentral
pengendalian proses belajar-mengajar, maka dalam penyampaian pesan, guru harus
mampu mendasarkan pada:
- perbedaan
individu siswa
- prinsip-prinsip belajar
Dalam
kehidupannya, manusia selalu terlibat dalam kegiatan belajar. Teori belajar
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.
Teori Disiplin Mental
- Belajar sebagai
usaha melatih dan mendisiplinkan daya pikir (disiplin mental).
-
Memberikan peluang kepada anak didik untuk berkembang sesuai kehendak Tuhan
(aktualisasi).
-
Mengasosiasikan ide baru dengan ide lama
yang telah terdapat dalam jiwa kita (appersepsi).
b.
Rumpun Behaviorisme
- perubahan
tingkah laku yang dapat diamati yang dapat terjadi melalui stimulus dan respons
yang dihubungkan dengan prinsip mekanis (Conditioning S-R)
- Conditioning tanpa reinforcement
- Conditioning melalui reinforcement
c.
Rumpun Gestalt-Medan
-
keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian (teori Insight)
-
pemahaman bertujuan (Goal-Insight)
-
Medan-Kognitif
Yang
harus diperhatikan demi keberhasilan kegiatan belajar adalah:
-
stimulus belajar
-
perhatian siswa
-
keaktifan siswa
-
penguatan dan umpan balik
4. landasan ilmiah dan
teknologis
Salah satu misi pendidikan adalah
membekali peserta didik agar dapat mengembangkan iptek. Hubungan antara pendidikan dan iptek
adalah saling timbal balik, yaitu:
- Kemajuan
pendidikan diarahkan untuk kemajuan iptek
-
Perkembangan iptek akan berpengaruh pada perkembangan pendidikan
5.
Landasan
Ekonomi Pendidikan
A.Peran
Ekonomi dalam Pendidikan.
Globalisasi
ekonomi yang melanda dunia, otomatis mempengaruhi hampir semua negara di dunia,
termasuk Indonesia. Alasannya sederhana, yaitu karena takut digulung dan
dihempaskan oleh gelombang globalisasi ekonomi dunia.
Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bisa bersekolah. Perkembangan lain yang menggembirakan di bidang pendidikan adalah terlaksananya sisten ganda dalam pendidikan. Sistem ini bisa berlangsung pada sejumlah pendidikan, yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa adalah berkat kesadaran para pemimpin perusahaan atau industri akan pentingnya pendidikan.
Implikasi lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro adalah munculnya sejumlah sekolah unggul. Inti tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar, menyadari akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apapun.
Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bisa bersekolah. Perkembangan lain yang menggembirakan di bidang pendidikan adalah terlaksananya sisten ganda dalam pendidikan. Sistem ini bisa berlangsung pada sejumlah pendidikan, yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa adalah berkat kesadaran para pemimpin perusahaan atau industri akan pentingnya pendidikan.
Implikasi lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro adalah munculnya sejumlah sekolah unggul. Inti tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar, menyadari akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apapun.
6. Landasan Sejarah
Umur sejarah pendidikan dunia sudah panjang sekali. Mulai dari zaman
purba dan zaman yunani purba, kemudian zaman hellenisme tahun 150-500 SM, ke
zaman pertengahan tahun 500-1500-an, zaman reformasi dan kontra reformasi pada
tahun 1600-an. Sejarah pada zaman purba Pendidikan pada zaman ini belum
banyak memberikan kontribusinya kepada pendidikan pada zaman sekarang.
Oleh sebab itu pendidikan pada zaman-zaman ini diragukan. Sejarah Pendidikan
pada zaman yunani purba dipengaruhi oleh ahli pendidiknya pada waktu itu
seperti :
1. Plato ia memiliki
tujuan dalam pendidikan itu
a. Membentuk warga
negara secara teoritis dan praktis, untuk mengabdi pada negaranya oleh sebab
itu pendidikan diselengaran oleh negara.
b. Membentuk manusia
akal supaya manusia itu mempergunakan akalnya dengana bijaksana.
c. Membentuk manusia
berkehendak yaitu manusia yang memiliki sifat- sifat keberanian
d. Membentuk manusia
hasrat yaitu manusia yang memiliki rasa keinginan
2. Pyhtagioras ia
memiliki tujuan pendidikan untuk membentuk manusia susila, karena menurutnya
manusia sejak kecil itu mempunyai kecenderungan berbuat jahat oleh karena itu
pendidikan diharapkan membawanya pada kesempurnaan.
3. Socrates pendidikan itu bertujuan untuk membawa manusia
pada kebajikan karena adanya ilmu, ia berbeda pendapat dengan phitagoras yang
menyatakan bahwa manusia itu memiliki kecenderungan berbuat jahat sejak kecil,
justru menurut socrates manusia itu memiliki kecenderungan berbuat baik dan
kebajikan dengan ilmunya.
4. Aristoteles berpendapat bahwa dalam pendidikan itu harus
mngenal pembawaan dan kecenderungan anak, supaya ia mendapat bimbingan sebaik –
baiknya, dengan latihan dan pembisaan untuk menanamkan kebaikan pada anak akan
menambah pengetahuannya akan kebaikan itu.
Pendidikan yang mulai menunjukakn perbedaan eksistensinya dengan
pendidikan sebelumnya adalah sejak zaman Realisme. Realisme menghendaki pikiran
yang praktis.
7. Landasan Religius Pendidikan
Agama (Bahasa Sangsekerta : a [tidak], gama [kacau].
Bahasa Arab : daana [hutang], dien [undang-undang]) adalah
kebutuhan manusia paling esensial yang bersifat universal. Menurut Sutan Takdir
Alisyahbana, agama merupakan sistem kelakuan dan perhubungan manusia degan
rahasia kekuasaan dan keajaiban yang tidak terhingga luasnya.
I. Ciri-ciri agama
I. Ciri-ciri agama
1.
Substansi yang disembah
2.
Pokok ajaran/dogma
3.
Aliran-aliran
4.
Pembawa ajaran
5.
Kitab Suci
II. Pengaruh agama bagi kehidupan manusia
1.
Tantangan manusia
2.
Kelemahan dan
kekurangan manusia
3.
Latar belakang fitrah
manusia
III. Pengaruh agama bagi pendidikan
1.
Pendidikan formal
2.
Pendidikan Non-Formal (Keluarga Masyarakat)
B. LANDASAN PENDIDIKAN NASIONAL DI
INDONESIA
ü Landasan
Ideal: Pancasila
ü Landasan
Konstitusional: UUD 1945
ü Landasan
Operasional: GBHN dan UUSPN (yang sekarang UU No. 20 Tahun 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar