RESUME
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN
A.
BEBERAPA
PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN
1.
Pemikiran
klasik
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme,
nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut
masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
a.
Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan
bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan
anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs
ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya
adalah John Locke.
b. Aliran
Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang
menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk
faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil
prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang
sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap
dan pendidikan anak.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat
bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan
BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena
dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah
dapat merusak pembawaan baik anak itu.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia
berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik
maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun
faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa
pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
2.
Pemikirn
baru tentang pendidikan
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan
anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan
ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di
Belanda dengan Het Voll Leven.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis
oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat
minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan
dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode
Global dan Centre d’interet.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat
dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan
pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar
pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi
mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.
d. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula
digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan
nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan
bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan
memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut
makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.
e. home
schooling
Homeschooling
adalah sebuah system pendidikan alternatif untuk anak selain di sekolah. Dimana
saat ini mulai perkembang di Indonesia , dan keberadaanya sah dan dijamin
undang - undang. Homeschooling mulai menjadi pilihan masyarakat sebagai
alternatif metode pendidikan karena beberapa hal, misalnya karena adanya
keinginan masyarakat untuk lebih fleksibel dalam mendidik anak, menyediakan
system pendidikan yang lebih ramah terhadap perkembangan anak, maupun menjamin
bahwa proses belajar mengajar anak bisa terlaksana secara maksimal.
Hal ini
terjadi karena adanya keinginan para orang tua untuk memberikan pendidikan
terhadap anak yang lebih sesuai dengan bakat dan minat sang anak, maupun karena
disebabkan adanya kondisi di system
pendidikan konvensional yang tidak bisa memuaskan kehendak orang tua untuk
mendidik anaknya, misalnya terjadi kasus kekerasan terhadap anak, maupun system
pendidikan masal yang mengakibatkan potensi anak kurang tergali secara
maksimal.
f. sekolah
alam
Kegagalan
sistem pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif
yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah
satu sekolah alternatif yang kini banyak diminati ialah sekolah alam.
Konseptor
sekolah alam Ir Lendo Novo menjelaskan, sekolah alam yang dia pelopori
merupakan suatu reaksi dari kegagalan pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan
Indonesia masih jauh dari negara-negara lain, bahkan masih di bawah Vietnam.
Ini berarti ada yang salah dengan sistem pendidikan di negara ini, ujar Lendo
Novo di Jakarta, baru-baru ini.
Lebih
dari 1.000 sekolah alam kini telah tumbuh di Indonesia. Di kawasan Jakarta
Bogor Depok Tanggerang Bekasi (Jabodetabek) saja kini telah berdiri lebih dari
50 sekolah. Sekolah alam, menurut dia, merupakan sekolah yang mengedepankan
pembentukan akhlak dan mental siswa dengan konsep mendekatkan diri pada alam.
Metode pembelajaran yang diterapkan juga berbeda.
Kami
berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat anak-anak
senang dan merasa bahwa belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan, bukan
sesuatu yang membosankan dan harus dipaksakan, jelas Ketua Litbang Sekolah Alam
Indonesia Ciganjur, Novi Hardian.
Hampir
seluruh sekolah alam yang ada memiliki konsep utama yaitu upaya memaksimalkan
potensi anak untuk tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak mulia,
berwawasan ilmu pengetahuan dan siap menjadi pemimpin. Metode pengajaran
sekolah alam juga membuat bersekolah lebih menyenangkan dan anak tidak merasa
terpenjara.
Sekolah
alam juga mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan bukan semata-mata
mendapatkan materi yang diberikan oleh guru. Di Sekolah Alam Indonesia,
Ciganjur, misalnya, proses belajar lebih banyak dilakukan melalui diskusi dan
permainan.
Ilmu
tidak hanya dijejali oleh guru, tetapi anak juga aktif bereksplorasi. Ini
melatih keberanian mengungkapkan pendapat, jelas Novi. Konsep Tematik Hal
serupa juga dilakukan oleh Sekolah Alam Depok di Sawangan, Depok, Jawa Barat.
Sekolah yang memiliki jenjang pendidikan Pre-School, TK, dan SD itu juga
mendorong siswanya untuk aktif menemukan sendiri jawaban atas berbagai hal
melalui buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber lain.
Menurut
Pendiri Sekolah Alam Depok Edi F Rizal Darma, lahirnya sekolah alam adalah
karena ingin menciptakan hubungan belajar tanpa sekat antara guru dan murid.
Selama ini kan arah belajar di sekolah selalu dari guru ke murid, sehingga ada
jarak antara mereka. Sekolah alam ini muncul sebagai sekolah yang non-classical
dan tanpa sekat, jelas Edi.
Sekolah
alam pada umumnya menggunakan konsep tematik. Setiap tema dibahas dari berbagai
sisi akhlak, seni, bahasa, kepemimpinan, dan ilmu pengetahuan. Tiap tingkatan
memiliki sejumlah tema pembahasan yang berbeda-beda.
Selain
memiliki metode dan visi yang berbeda dari sekolah pada umumnya, sesuai dengan
namanya, suasana yang disuguhkan pun membuat siswa dekat dengan alam. Rimbunnya
pepohonan, lahan untuk berkebun, bahkan sejumlah hewan ternak seperti angsa dan
bebek menjadi bagian dari suasana alami yang ada di sekolah alam. Ruang kelas
berupa bangunan semen dan bersekat-sekat tidak ada di sekolah alam, yang ada
hanyalah saung-saung belajar yang terbuat dari kayu berukuran 5 x 5 meter dan
beratap rumbia.
Menurut
Edi, saung sebagai tempat belajar selain dapat lebih dekat dengan alam, juga
sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Selain itu, pembuatan saung juga lebih
murah dibanding dengan membangun ruangan beton yang berpendingin udara.
Lendo
Novo menjelaskan, konsep sekolah alam dengan saung memang cocok untuk
Indonesia, yang beriklim tropis. Sekolah kan tidak harus di kelas. Justru
dengan belajar di saung yang tanpa meja dan kursi akan menimbulkan suasana yang
lebih bebas bagi siswanya, katanya.
Namun,
proses belajar siswa tidak hanya dilakukan di saung, tapi juga di kebun atau
belajar keluar, dengan mengunjungi sejumlah tempat yang terkait dengan tema
pembelajaran. Anak-anak belajar Fisika, Biologi, Matematika dan mata pelajaran
lainnya langsung dengan mempraktikkannya dari alam. Dengan menggunakan sistem
learning by doing, penyerapan materi oleh siswa bisa mencapai 90 persen, jelas
Lendo Novo.
Hal
senada juga diungkapkan Novi. Menurut dia, dengan berhubungan dekat dengan
alam, siswa akan lebih bijak karena semakin menghargai alam dan mendekatkan
diri dengan Sang Pencipta. Diharapkan lulusan sekolah kami dapat menjadi anak
yang ramah terhadap lingkungan dan tidak ada lagi yang menebang pohon
sembarangan, jelasnya.
Pelajaran
di sekolah alam juga padat dengan materi keagamaan. Di Sekolah Alam Depok, pada
pagi hari dan sebelum pulang sekolah, siswa melakukan tahfidz, yaitu
melancarkan hapalan Al-Quran. Menurut Edi, berbagai keunggulan itulah yang
menyebabkan banyak orang tua yang mempercayakan anak mereka bersekolah di
sekolah alam.
g. pendidikan
berasrama (boarding school)
Sekolah
Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak
mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan
control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di seklolah-sekolah
berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan
modal yang cukup, tidak hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya
dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan
manaklukan dunia ini. Di sekolah berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi
manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup
untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara.
Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan
lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita
tersebut.
Keunggulan Boarding School
Buku Harry Potter yang telah laris terjual dalam
jumlah sangat besar di seluruh dunia sangat membantu dalam mempopulerkan
sekolah berasrama(boarding school). Hal ini disebabkan setting cerita
itu diambil dari petualangan di sekolah berasrama. Banyak “petualangan” dalam
sekolah berasrama karena waktu yang panjang berada dalam lembaga pendidikan
memungkin siswa untuk dapat mengekspresikan apa yang diinginkannya di sekolah.
Ada beberapa keunggulan Boarding School jika dibandingkan dengan sekolah
regular yaitu:
- Program Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada
kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak
tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan
program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat
merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program pendidikan
keagamaan, academic development, life skill(soft skill dan hard skill) sampai
membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran
teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun
belajar hidup.
- Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai
dari fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik(AC, 24 siswa,
smart board, mini library, camera), laboratorium, clinic, sarana olah raga
semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di
asrama fasilitasnya adalah kamar(telepon, TV, AC, Pengering Rambut,
tempat handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar
mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es,
detector kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas,
pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri
dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang
lengkap, microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua
toaster listrik, tempat sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi
yang nyaman.
- Guru yang Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan
kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional.
Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan kemampuan
paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru
di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahsa asing: Inggris, Arab,
Mandarin, dll. Sampai saat ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah
berasrama(boarding school) belum mampu mengintegrasikan guru sekolah dengan
guru asrama. Masih terdapat dua kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan
pendidikan dengan kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah
dan pengasuhan dilakukan oleh guru asrama.
- Lingkungan yang Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek
sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa
dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang
ada di boarding school adalah guru. Siswa tidak bisa lagi diajarkan
bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam
berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan
kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya
maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu
juga dalam membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat
mengimplementasikan agama secara baik.
- Siswa yang heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar
belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai
daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan,
kempuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk
membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan
teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom
anak dan menghargai pluralitas.
- Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga
keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola
pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat
sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar
“dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan
keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan(tidak
terkena penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar dari pergaulan bebas, dan
jaminan keamanan fisik(tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan
dunia maya.
- Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik,
fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan
terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan
sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak pintarnya anak,
baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak
bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan tidak ada variable lain yang
“mengintervensi” perkembangan dan progresivits pendidikan anak, seperti pada
sekolah konvensional yang masih dibantu oleh lembaga bimbingan belajar, lembaga
kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama dapat melakukan treatment
individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat dan potensi
individunya.
Problem Sekolah Berasrama
Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama dalam
pengamatan saya masih banyak mempunyai persoalan yang belum dapat diatasi
sehingga banyak sekolah berasrama layu sebelum berkembang dan itu terjadi pada sekolah-sekolah
boarding perintis. Faktor-faktornya adalah sebagai berikut:
- Ideologi Sekolah Boarding yang Tidak Jelas
Term ideology
saya gunakan untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah
religius, nasionalis, atau nasionalis-religius. Yang mengambil corak religius
sangat beragam dari yang fundamentalis, moderat sampai liberal.Masalahnya dalam
implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak
improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideology tersebut.
Hal itu juga serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadop pola-pola pendidikan
kedisiplinan militer secara kaffah, akibatnya terdapat kekerasan dalam
sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam praktik sekolah
berasrama saya melihatnya masih belum jelas formatnya.
2.
Dikotomi
guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru
yang cocok untuk sekolah berasrama. Pabrikan guru (IKIP dan Mantan IKIP) tidak
“memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah
mendidik guru asrmanya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengampu
mata pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara
soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi tersebut harus melekat dalam
sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak terjadinya saling menyalahkan dalam
proses pendidikan antara guru sekolah dengan guru asrama.
3.
Kurikulum
Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah
kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum academicnya dapat dipastikan
hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum KTSP-nya produk
DEPDIKNAS dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum international dan
muatan local. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari
yang sangat militer(disiplin habis) sampai ada yang terlalu lunak. Kedua-duanya
mempunyai efek negative(Sartono Mukadis), pola militer melahirkan siswa yang
berwatak kemiliter-militeran dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang
bisa mengantar sang siswa mempermainkan peraturan.
4.
Sekolah
dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi
dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak berkontribusi
dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah Asrama. Faktor ini(salah
satu factor) yang menyebabkan SMA Madania di parung Bogor sempat
mengistirahatkan boarding schoolnya. Karena menurut Komaruddin Hidayat(Direktur
Executive Madania), siswa harus mengalami semacam proses berangkat ke sekolah.
Dengan begitu, mereka mengenyam suasana meninggalkan tempat menginap,
berinteraksi dengan sesama siswa di jalan, serta melihat aktivitas masyarakat
sepanjang jalan. Faktor ini juga yang menyebabkan IIEC Group mendirikan International
Islamic High School Boarding Intermoda (IIHSBI), dimana sekolah dan asrama
serta fasilitas utama lainnya tidak berada dalam satu tempat sehingga siswa
dituntut untuk mempunyai mobilitas tinggi, kesehatan dan kebugaran yang baik,
dan dapat membaca setiap fenomena yang ada disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
(ant-45)Sumber: Suaramerdeka.Com
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
sangat membantu... terima kasih... ^^
BalasHapusterima kasih (y)
BalasHapusSangat membangtu..
BalasHapushttps://matacendeqia.blogspot.com
BalasHapus